Di
zamannya, banyak yang iri dengan pekerjaan wanita ini. Sebuah profesi
sangat bergengsi, menjadi tukang sisir rambut putri raja. Penguasa yang
kesombongannya masyhur di seantero dunia raya. Sebab berbeda iman dengan
majikannya, wanita ini benar-benar bermain taktik agar keimanannya
tidak diketahui.
Hingga
suatu ketika, Allah Ta’ala menakdirkan sisir yang sedang digunakan
untuk merapikan rambut sang putri raja terjatuh. Lantaran imannya yang
kokoh, lisan wanita ini langsung mengucap ‘Bismillah’ sembari mengambil
sisir tersebut.
Sang putri yang polos pun bertanya, “Apakah Allah (dalam kalimat Bismillah) itu nama lain ayahku?”
Sebelum menjawab, wanita ini berhenti sejenak. Haruskah ia berbohong, ataukah hendak menjelaskan yang sesungguhnya?
“Bukan,”
jawabnya sampaikan keterangan, ia memilih untuk mendeklarasikan iman,
“Allah itu nama Tuhanku, Tuhan ayahmu, dan Tuhan seluruh makhluk di muka
bumi ini?”
“Bukankah tiada tuhan selain ayahku?” tukas si putri.
“Ayahmu bukan Tuhan, Nak. Tuhan kita Allah Ta’ala.”
Sang
anak pun bergegas mendatangi ayahnya. Menyampaikan apa yang baru saja
dia dengar dari tukang sisirnya. Sang raja pun marah besar. Dia
memerintahkan pasukannya untuk menyeret pembantunya, lalu bersiap
menimpakan siksa yang amat pedih.
Sebelum
disiksa, wanita ini ditawari kebebasan. Syaratnya, ia harus mengakui
bahwa raja zalim itu merupakan tuhannya. Akan tetapi, keimanan sang
wanita kokoh. Dia tak bergeming. Tauhid telah tertancap kuat di hatinya.
Meski siksa harus dijalani.
Maka
sang putri pun membuat tempat siksa menyerupai sapi dari logam.
Dimasukkan ke dalamnya minyak, lalu dipanasi hingga mendidih. Ke
dalamnya, dimasukkan pula seluruh keluarga wanita Mukminah ini, dimulai
dari anak-anaknya.
Atas
kekuasaan Allah Ta’ala, si anak yang baru berusia dua tahun bisa
berbicara. Ia memberikan motivasi kepada ibunya dengan berkata, “Wahai
Ibuku, tabahlah. Sesungguhnya siksa di dunia ini lebih ringan daripada
siksa di akhirat.”
Sebagai
penutup, wanita ini dimasukkan ke dalam minyak yang mendidih. Semuanya
syahid di jalan Allah Ta’ala dalam mempertahankan imannya.
Berselang
ribuan tahun kemudian, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
diperjalankan ke langit. Isra’ Mi’raj. Saat Mi’raj itu, beliau mencium
aroma yang sangat wangi.
“Wahai Jibril,” tanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “di mana sumber aroma wangi tersebut?”
Imamnya para malaikat ini menjawab, “Wangi tersebut berasal dari perempuan penyisir rambut putri Fir’aun.”
Wanita dalam kisah ini adalah Masyithah yang diridhai Allah Ta’ala.
Betapa
agungnya wanita Mukminah ini. Betapa keteguhan imannya membuat kita
iri. Meski disiksa hingga syahid lantaran mengucap Bismillah (dengan
menyebut nama Allah), aroma jasadnya mewangi hingga dicium oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di langit dalam peristiwa
Mi’raj.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar